Baking & Travelling

Senin, 28 Januari 2013

Amazing Lombok, (Gilli Trawangan, Desa Sade, Pantai Kuta)

Sebenarnya perjalanan ini sudah direncanakan dari November 2012. Awalnya kenapa kami pilih lombok karena ada beberapa alasan, yang pertama memang kami belum pernah ke lombok, yang kedua sudah lama kami tidak melakukan perjalanan liburan ke luar pulau, yang ketiga teman saya yang tinggal di lombok menawarkan voucher hotel dengan harga yang miring dan yang ke empat di bulan januari ada libur yang jatuh di hari kamis, tapi sayangnya hari jumat tidak libur, sehingga saya harus ijin. Jadi mulailah kami searching tiket pesawat yang murah untuk ke lombok. Setelah berkali-kali serching penerbangan yang murah, kami baru tahu kalau tiket pesawat ke lombok itu lebih mahal dibanding ke bali dan batam dan hanya ada 2 penerbangan konvensional yang melayanani penerbangan langsung dari jakarta ke mataram yaitu garuda dan lion air. Akhirnya kami memutuskan untuk memakai jasa penerbangan lion, karena jauh lebih murah. Kami mendapatkan harga sekitar 800rb untuk satu kali jalan, dan filzah ternyata harus bayar penuh.

 tiket pesawat PP


 gerbang depan hotel tempat kami menginap

            Kami berangkat pada hari hamis pukul 7.30 dari rumah, Alhamdulillah jalanan tidak macet jadi kami sampai di bandara pukul 9.00WIB. Pesawat kami seharusnya berangkat pukul 10.30, tapi karena ada maalah teknis pada pesawat, kami harus menunggu hingga 2 jam lebih. Kami sampai di Bandara Internasional Lombok (BIL) sekitar pukul 15.15 waktu setempat, karena antara jakarta dengan lombok ada perbedaan waktu sekitar satu jam. Seharusnya kami djemput mobil sewaan yang suah kami pesan melalui teman saya fina, tapi karena pesawat kami delay dan kebetulan jam 3 dy sudah punya acara lain, jadi kami ber4 (saya, suami, filzah dan suami fina) naik taxi dari bandara (kebetulan kami dan suami fina 1 pesawat) menuju rumah fina lalu diantarkan ke tempat mobil sewaan diparkir. 



suasana hotel



 Bandara Internasional Lombok


 sama buletnya... :)

Hari pertama di lombok, kami tidak sempat jalan-jalan karena hari juga sudah malam ketika kami cek in di hotel. Hotel tempat kami menginap sangat nyaman, baik dari segi fasilitas maupun dari segi pemandangan, hotel ini berbatasan langsung dengan pantai senggigi sehingga kami dapat berjalan-jalan menyusuri pantai langsung dari hotel. Kamarnya juga cukup luas dan ada balkon, namun sayangnya AC di kamar kami bocor, walaupun sedikit dan untuk air panasnya kadang menyala, kadang mati. Variasi menu sarapan cukup banyak, namun sayangnya tidak sebanyak di padma hotel bandung yang juga merupakan hotel bintang 5. Setelah sarapan, kami segera pergi ke pelabuhan bangsal, tempat untuk menyebrang ke gili (pulau) trawangan. Kami terkejut ketika sampai disana karena kami pikir pelabuhan bangsal banyak kapal-kapal besar untuk menyebrang ke gili, paling tidak kapal cepat. Ternyata yang ada hanya kapal nelayan bermesin yang digunakan penduduk dan wisatawan untuk menyebrang. Sebenarnya ada pelabuhan lain yang menyediakan kapal cepat, namun sayangnya harus menyewa 1 kapal. Kami membayar 10rb per orang untuk menyebrang dengan perahu nelayan. 

















Kami menyebrang ke gili sekitar pukul 9, namun cuaca kurang bersahabat karena ketika kami berada di perahu ombak sangat besar dan hujan rintik-rintik sehingga seringkali perahu kami terombang-ambing di tengah lautan. Menyebrang ke gili trawangan membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Sebenarnya ada 3 gili di sekitar pelabuhan bangsal, yaitu gili trawangan gili air dan gili meno. Yang paling jauh dan paling ramai serta besar adalah gili trawangan, yang terdekat gili air dan di tengah-tengah terdapat gili meno. Pada Ketiga gili tersebut dilarang menggunakan kendaraan bermotor, alat transportasi yang ada hanya sepeda dan cidomo (sejenis delman). Pemandangan di gili trawangan sangaaaat indah dengan pantai yang berpasir putih dan warna air laut yang bergradasi dari biru muda, hijau dan biru tua. Kami mengelilingi pulau dengan menyewa cidomo dengan tarif 125rb untuk satu kali putaran. Di gili trawangan juga terdapat penangkaran penyu yang dilindungi pemerintah, namun sayangnya hanya sedikit penyu yang terdapat disana. Hanya sekitar 1 jam kami berada disana karena kami takut ombak pulang akan lebih tinggi dari waktu kami berangkat.
Setelah dari gili, kami kembali ke hotel dan melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya yaitu desa sade. Perjalanan dari hotel (daerah sengiggi) ke sade sekitar 1 jam. Desa sade terletak di pinggir jalan setelah melewati BIL (sekitar 10 menit dari bandara). Ketika sampai di sade, kami di sambut oleh pemandu wisata lokal (penduduk desa sade) yang mengajak kami berkeliling. Desa sade adalah salah satu desa suku sasak (suku asli lombok) yang menghasilkan tenun khas lombok. Disana kami membeli oleh-oleh berupa kain songket, sarung dan lukisan yang katanya membutuhkan 15 kali pewarnaan alami. Namun jika ingin membeli oleh-oleh disana harus pintar menawar karena mereka menawarkan harga yang jauh lebih tinggi. Saya membeli songket sekitar 130rb dan sarung sekitar 40rb, harga ini seharusnya bisa lebih murah lagi. Tapi memang kain songket yang dihasilkan di desa ini berbeda bahannya jika kita membeli di pasar atau tempat wisata lain. Setelah puas mengelilingi sade, kami melanjutkan perjalanan ke pantai kuta (pantai mandalika). Pantai ini tidak begitu jauh dari sade, hanya sekitar 10 menit melewati sade. Pasir di pantai ini berbutir kasar seperti butiran merica, dan penuh dengan kerang-kerang kecil sehingga harus menggunakan alas kaki jka ingin berjalan-jalan di pantai ini. Sesampainya kami di pantai, sudah banyak anak-anak kecil yang mengikuti kami untuk menjajakan dagangan mereka yaitu berupa gelang.