Sebenarnya
perjalanan ini sudah direncanakan dari November 2012. Awalnya kenapa kami pilih
lombok karena ada beberapa alasan, yang pertama memang kami belum pernah ke
lombok, yang kedua sudah lama kami tidak melakukan perjalanan liburan ke luar
pulau, yang ketiga teman saya yang tinggal di lombok menawarkan voucher hotel
dengan harga yang miring dan yang ke empat di bulan januari ada libur yang
jatuh di hari kamis, tapi sayangnya hari jumat tidak libur, sehingga saya harus
ijin. Jadi mulailah kami searching tiket pesawat yang murah untuk ke lombok. Setelah
berkali-kali serching penerbangan yang murah, kami baru tahu kalau tiket
pesawat ke lombok itu lebih mahal dibanding ke bali dan batam dan hanya ada 2
penerbangan konvensional yang melayanani penerbangan langsung dari jakarta ke
mataram yaitu garuda dan lion air. Akhirnya kami memutuskan untuk memakai jasa
penerbangan lion, karena jauh lebih murah. Kami mendapatkan harga sekitar 800rb
untuk satu kali jalan, dan filzah ternyata harus bayar penuh.
tiket pesawat PP
gerbang depan hotel tempat kami menginap
Kami berangkat pada hari hamis pukul 7.30 dari rumah,
Alhamdulillah jalanan tidak macet jadi kami sampai di bandara pukul 9.00WIB. Pesawat
kami seharusnya berangkat pukul 10.30, tapi karena ada maalah teknis pada pesawat,
kami harus menunggu hingga 2 jam lebih. Kami sampai di Bandara Internasional
Lombok (BIL) sekitar pukul 15.15 waktu setempat, karena antara jakarta dengan
lombok ada perbedaan waktu sekitar satu jam. Seharusnya kami djemput mobil
sewaan yang suah kami pesan melalui teman saya fina, tapi karena pesawat kami
delay dan kebetulan jam 3 dy sudah punya acara lain, jadi kami ber4 (saya,
suami, filzah dan suami fina) naik taxi dari bandara (kebetulan kami dan suami
fina 1 pesawat) menuju rumah fina lalu diantarkan ke tempat mobil sewaan
diparkir.
suasana hotel
Bandara Internasional Lombok
sama buletnya... :)
Hari
pertama di lombok, kami tidak sempat jalan-jalan karena hari juga sudah malam
ketika kami cek in di hotel. Hotel tempat kami menginap sangat nyaman, baik
dari segi fasilitas maupun dari segi pemandangan, hotel ini berbatasan langsung
dengan pantai senggigi sehingga kami dapat berjalan-jalan menyusuri pantai
langsung dari hotel. Kamarnya juga cukup luas dan ada balkon, namun sayangnya
AC di kamar kami bocor, walaupun sedikit dan untuk air panasnya kadang menyala,
kadang mati. Variasi menu sarapan cukup banyak, namun sayangnya tidak sebanyak
di padma hotel bandung yang juga merupakan hotel bintang 5. Setelah sarapan,
kami segera pergi ke pelabuhan bangsal, tempat untuk menyebrang ke gili (pulau)
trawangan. Kami terkejut ketika sampai disana karena kami pikir pelabuhan bangsal
banyak kapal-kapal besar untuk menyebrang ke gili, paling tidak kapal cepat. Ternyata
yang ada hanya kapal nelayan bermesin yang digunakan penduduk dan wisatawan
untuk menyebrang. Sebenarnya ada pelabuhan lain yang menyediakan kapal cepat,
namun sayangnya harus menyewa 1 kapal. Kami membayar 10rb per orang untuk
menyebrang dengan perahu nelayan.
Kami
menyebrang ke gili sekitar pukul 9, namun cuaca kurang bersahabat karena ketika
kami berada di perahu ombak sangat besar dan hujan rintik-rintik sehingga
seringkali perahu kami terombang-ambing di tengah lautan. Menyebrang ke gili
trawangan membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Sebenarnya ada 3 gili di sekitar
pelabuhan bangsal, yaitu gili trawangan gili air dan gili meno. Yang paling
jauh dan paling ramai serta besar adalah gili trawangan, yang terdekat gili air
dan di tengah-tengah terdapat gili meno. Pada Ketiga gili tersebut dilarang
menggunakan kendaraan bermotor, alat transportasi yang ada hanya sepeda dan
cidomo (sejenis delman). Pemandangan di gili trawangan sangaaaat indah dengan
pantai yang berpasir putih dan warna air laut yang bergradasi dari biru muda,
hijau dan biru tua. Kami mengelilingi pulau dengan menyewa cidomo dengan tarif 125rb
untuk satu kali putaran. Di gili trawangan juga terdapat penangkaran penyu yang
dilindungi pemerintah, namun sayangnya hanya sedikit penyu yang terdapat
disana. Hanya sekitar 1 jam kami berada disana karena kami takut ombak pulang akan
lebih tinggi dari waktu kami berangkat.
Setelah
dari gili, kami kembali ke hotel dan melanjutkan perjalanan ke tempat
selanjutnya yaitu desa sade. Perjalanan dari hotel (daerah sengiggi) ke sade
sekitar 1 jam. Desa sade terletak di pinggir jalan setelah melewati BIL
(sekitar 10 menit dari bandara). Ketika sampai di sade, kami di sambut oleh
pemandu wisata lokal (penduduk desa sade) yang mengajak kami berkeliling. Desa sade
adalah salah satu desa suku sasak (suku asli lombok) yang menghasilkan tenun
khas lombok. Disana kami membeli oleh-oleh berupa kain songket, sarung dan
lukisan yang katanya membutuhkan 15 kali pewarnaan alami. Namun jika ingin
membeli oleh-oleh disana harus pintar menawar karena mereka menawarkan harga
yang jauh lebih tinggi. Saya membeli songket sekitar 130rb dan sarung sekitar
40rb, harga ini seharusnya bisa lebih murah lagi. Tapi memang kain songket yang
dihasilkan di desa ini berbeda bahannya jika kita membeli di pasar atau tempat
wisata lain. Setelah puas mengelilingi sade, kami melanjutkan perjalanan ke
pantai kuta (pantai mandalika). Pantai ini tidak begitu jauh dari sade, hanya
sekitar 10 menit melewati sade. Pasir di pantai ini berbutir kasar seperti
butiran merica, dan penuh dengan kerang-kerang kecil sehingga harus menggunakan
alas kaki jka ingin berjalan-jalan di pantai ini. Sesampainya kami di pantai,
sudah banyak anak-anak kecil yang mengikuti kami untuk menjajakan dagangan
mereka yaitu berupa gelang.