Baking & Travelling

Kamis, 28 Juli 2016

African Journey Part 1 (A Journey to The African Continent)

Pada bulan Juli ini saya berkesempatan untuk travelling ke Afrika Selatan selama 8 hari untuk mengikuti sebuah konfrensi internasional. Berawal dari seorang teman kuliah residensi (terimakasih Mahathir) yang memberikan info bahwa ada beasiswa untuk mengikuti konferensi AIDS Internasional di Durban, Afrika Selatan. Syarat yang diajukan cukup mudah bahwa kami harus menulis essay tentang HIV/AIDS dan pengalaman merawat pasien HIV. Beasiswa ini meliputi air travel, akomodasi, dan living allowance selama berada disana. Saya sangat tertarik untuk mengikuti seleksi untuk mendapatkan beasiswa ini karena selain menambah wawasan dan informasi saya tentang keperawatan khususnya clinical HIV tentu saja jalan-jalan gratis yang sangat menggiurkan, saya dapat menyalurkan hobi travelling saya dengan gratis :)

Beberapa teman saya ikut mendaftar beasiswa ini, namun yang akhirnya mendapatkan beasiswa hanya 3 orang yakni saya, Mahathir dan Sukmah. Keduanya merupakan teman kuliah residensi saya. Selang dua bulan setelah saya mendaftar beasiswa akhirnya tiba juga waktu keberangkatan saya ke Afrika. Setelah sebelumnya saya juga mengurus visa di kedutaan besar Afrika Selatan di daerah Sudirman tepatnya sangat dekat dengan kampus Atmajaya. Mengurus visa Afrika Selatan cukup mudah yaitu kita hanya perlu melengkapi syarat2 yang sudah ditentukan kedutaan dan visa jadi dalam waktu kurang lebih dua minggu. Satu lagi syarat keuangan juga perlu diperhatikan, hal ini bisa dilampirkan rekening koran tabungan dalam tiga bulan terakhir. Minimal rekening di dalam tabungan sebaiknya di atas 10 juta agar visa dapat mudah dikeluarkan oleh kedutaan.

Perjalanan ke Afrika Selatan termasuk perjalanan yang paling jauh yang pernah saya alami setelah sebelumnya saya pernah umrah pada tahun 2014 dimana waktu tempuh perjalanan umrah hanya 1/2 waktu tempuh perjalanan ke Afrika. Saya harus mengalami 2 kali transit yaitu di Doha, Qatar dan di Johannesburg, Afrika. Pernerbangan dari jakarta menuju Doha saya tempuh dalam waktu 8,5 jam, lalu transit di Doha sekitar 3 jam. Saya tidak perlu mengambil bagasi ketika di Doha karena hanya pindah pesawat saja namun masih dalam Airlines yang sama yakni Qatar Airlines. Selanjutnya penerbangan dari Doha menuju Johannesburg saya tempuh dalam waktu 8 jam dan transit sekitar 3 jam. Di Johannesburg saya harus mengambil bagasi dan check in kembali karena saya mendapatkan South African Airlnes untuk penerbangan menuju Durban. Penerbangan menuju Durban cukup ditempuh dalam waktu 1 jam. Total waktu tempuh yang harus saya jalani kurang lebih 24 jam dengan waktu transit. Saya mendapatkan tiket dari maskapai Qatar menggunakan Airbus 330 dan 350, menurut saya bila dibandingkan dengan boeing, airbus lebih smooth dalam hal landing, hampir tidak terasa ketika landing. Perjalanan ke Afrika cukup melelahkan namun saya sangat senang ketika travelling, karena banyak pengalaman baru yang saya dapatkan dan bisa saya bagikan seperti di dalam tulisan ini.

Saya bercerita sedikit tentang conference yang saya hadiri. Saya menghadiri AIDS international conference yang rutin diadakan setiap dua tahun sekali. Saya dapat menghadiri conference ini dikarenakan ada program beasiswa untuk praktisi (seperti perawat dan dokter yang bekerja di masyarakat dalam kasus HIV/AIDS) dan aktivis HIV/AIDS. Selain berbagai seminar yang ada di conference ini juga ada aksi untuk solidaritas HIV/AIDS dari berbagai negara yang berpartisipasi yang tergabung  dalam wadah global village. Di global village ini bebagai perwakilan dari beberapa negara membuka booth yang berisi bazar yang menjual souvenir yang dibuat oleh penderita HIV/AIDS dan pembagian buku/leaflet gratis tentang program pemberdayaan pasien-pasien HIV/AIDS dari negaranya masing-masing. Di Global village ini juga tidak jarang beberapa LSM melakukan talkshow tentang HIV/AIDS. Saya sempatkan untuk membeli beberapa oleh-oleh di global village ini, salah satunya souvenir yang saya beli adalah pin berbentuk orang afrika yang dibuat oleh pasien HIV/AIDS dari negara afrika selatan.

Selama di Durban saya menginap di daerah south beach yaitu di garden court south beach hotel. Kebanyakan hotel yang tarletak di daerah South beach ini berhadapan langsung dengan pantai yang merupakan laut samuadera hindia. Pemandangan matahari terbit dan terbenam sangat cantik jika dilihat dari jendela hotel. Jika ke afsel sangat jarang jangan kita menemui menu nasi, bahkan di resto-resto cepat saji pun tidak menyediakan menu nasi, kecuali resto india yang menyediakan nasi briyani. Menu sarapan di Hotel inipun juga tidak menyediakan nasi, berbeda degan hotel teman saya menginap yaitu Bellair hotel yang juga terletak di daerah south beach yang menyediakan menu nasi briyani. Di depan hotel sepanjang area south beach juga banyak kios-kios penjual souvenir khas afsel, menurut saya harganya tidak jauh berbeda dengan victoria street market yang memang tempat untuk belanja oleh-oleh murah di durban.

Berbelanja di Victoria street market, kita harus pintar-pintar memilih toko yang murah. Banyak penjual dengan barang yang sama menawarkan barang yang sama namun dengan harga yang lebih mahal. Contohnya sewaktu saya membeli pajangan dinding, di toko pertama yang saya datangi menawarkan harga hampir dua kali lipat dari toko yang saya beli di toko lainnya. Souvenir khas afrika selatan adalah pajangan telur burung unta yang di lukis, biasanya gambar yang paling favorit adalah "the big five" yaitu satwa khas afsel seperti gajah, jerapah, kerbau, singa, dan badak. Harga telur unta ini sekitar 200-300 rand, atau sekitar 200-300rb. 

long flight, 2 times transit at Doha and Johannesburg 


meal set by qatar airlines 



Centre of the interest of Hammad Int'l Airport Doha

Map of Hammad Int'l Airport Doha 

 O.R. Tambo International Airport Johannesburg

Flying with South African Airlines from Johannesburg to Durban

Halal Moslem Snack yang disediakan oleh South African Airlines 


O.R. Tambo International Airport Johannesburg

logo toilet di O.R. Tambo International Airport Johannesburg, khas afrika

artwork O.R. Tambo International AirportJohannesburg



King Shaka International Airport Durban

Jalanan di Kota Durban dari King Shaka


suasana kota durban


Jalan raya di Kota Durban, bersih dan lebar.

Uang Rand, mata uang Afrika Selatan

Cukup sulit untuk mendapatkan mata uang ini di jakarta, suami saya menukar di money changer VIP di daerah tugu tani Jakarta yang terkenal paling lengkap dan murah pun juga hanya bisa mendapatkan rand sebesar 150 hampir sama degan 150rb. Satu rand dihargai 900an rupiah, saran jika mau travelling ke Afrika sedia saja uang US dollar atau tarik tunai di atm dengan logo visa atau master card karena IDR di afrika tidak berlaku untuk ditukar. Satu lagi saran saya, lebih untung menukar IDR ke Rand daripada dollar ke Rand, atau lebih untung menarik tunai Rand di atm yang hanya dikenakan biaya penarikan kurang lebih sebesar 30rb saja.

Pemandangan dari dalam kamar saya yang memang hotel tempat saya menginap langsung berhadapan dengan laut samudera hindia. Dari sini saya bisa melihat matahari terbit dan tenggelam dengan bulat, sangat cantik.

hotel tempat menginap selama di Durban, hotel ini disuguhi dengan view laut samudera hindia

 beberapa sovenir yang bisa di beli berbagai sovenir yang bisa dibeli di global village AIDS conference, sebagian sovenir ini handmade yang dibuat oleh para penderita HIV/AIDS beberapa negara yang datang

harga vaseline ini hanya 30rb saja 250 ml, saya sempat beli 4 namun karena kelebihan bagasi, terpaksa harus ditinggal di airport Johannesburg ;(

Rambut orang afrika, sebenarnya banyak sekali model rambut di afrika, ini hanya beberapa contoh saja, menurut orang afrika, model rambut menentukan kelas ekonomi jadi semakin rumit model rambut maka semakin mahal harga yang dibayarkan di salon, dan memang banyak sekali salon yang menyediakan penataan model rambut seperti ini.


Biltong, makanan khas Afrika terbuat dari daging sapi dan White animal (saya jg kurang tau seperti apa), saya tidak tau apakah halal atau tidak si penjual jg tidak yakin kalau ini halal, jd saya tidak mencobanya, kemungkinan rasanya mirip dendeng.

Supermarket/ toko di Afrika banyak sekali yang menjual air soda, tapi tidak ada rasa sehingga rasanyapun aneh di lidah saya. Hati-hati untuk membeli air mineral di Afrika, karena air mineral biasanya diberi label "still natural water" jika tidak teliti melihat label maka yang akan diambil akan salah menjadi "natural sparkling water" atau air soda.

 Mencari makanan halal di Afrika tepatnya di Kota Durban Cukup mudah karena banyak resto seafood yang berlabel halal selain KCF dan McD yang jg sudah besertifikat halal disini. Saya sempat mencoba salah satu resto seafood halal di dekat hotel. Resto ini bernama ocean bucket, cukup banyak resto halal di daerah south beach ini dan kebanyakan resto halal adalah resto yang menyajikan menu seafood.

vegetarian snack yang disediakan oleh british airways

Flying back home with British Airways

Tidak ada komentar:

Posting Komentar